Sunday, October 8, 2017

DUA JULI

Kegiatan hari ini dimulai dengan tidur.  Ya, packing baru selesai lewat tengah malam, hampir jam satu dini hari. Kegiatan packing itu selalu kuawali dengan pikiran " Ah, simple koq. Kan pulang ke rumah sendiri. Tak akan banyak bawaan". Faktanya packing menyita waktu sekitar dua jam. Akhirnya aku puas dengan satu tas pakaian, satu kardus dan satu tas tangan

Kurang pukul empat aku sudah terbangun lagi. Selesai sahur ada missed call dari "rumah padang". Aku menelepon balik.

"Assalamualaikum. Lisa sudah sarapan? Eh, sudah sahur?" Suara yang biasanya tegas tnggi itu, terkesan melunak di hening shubuh tadi. Seorang bapak menelepon anak perempuannya.  "Selamat ulang tahun ya. Sehat?"

"Alhamdulillah" jawabku.

Percakapan kami dari dulu memang bisa dihitung dengan jari kalimat yang meluncur dari kedua pihak. Namun bahwa Papa menelepon sepagi ini, adalah surprise untukku. Juga effort bagi beliau yang jarang menelepon. Telepon ditutup pas ketika adzan Bandung berkumandang. Hei, kami tak sempat berbicara tentang perjalananku hari ini.

Entahlah apakah hari ini pantas disebut hari istinewa, yaitu hari ketika umurku berkurang satu tahun. Tidak, senyatanya berkurangnya umurku terjadi setiap hari bahkan setiap tarikan nafas. Lantas mengapa aku memikirkan hari ini lebih khusus?

Aku memutuskan berangkat ke Padang pada hari ini, tanggal dua Juli. Ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Lebih tepatnya hari libur yang telah lama kunanti. Lebih khusus lagi kepulanganku ke Padang kali ini bukan dengan pesawat udara melainkan dengan bis.

"Ha? Pakai bis?" teman kantorku terperangah begitu kuceritakan bahwa aku sudah dapat tiket. Tiket bis maksudku.

"Berapa lama?" Tanya teman lain, tentang lamanya perjalanan.

"Duduk terus?" Seorang teman beretorika tentang kegiatanku nanti di atas kotak beroda itu.

Semula aku juga ragu apakah akan kuat melaju di darat sepanjang hampir 1500 km. Itu pernah kulakukan beberapa kali ketika mahasiswa dulu. Sekarang sebagai perempuan "jelita" (jelang lima puluh tahun)?

Keraguanku terjawab. Hari liburku totally dua minggu. Aku punya waktu yang banyak untuk menulis. Ya, inilah alasan utama aku pulang naik bis. Salah satu sumber ide adalah traveling. Hanya travelingku kali ini agak unik. Bukan traveling dengan status gambar pesawat terbang seperti biasa temanku menandai statusnya. Melainkan perjalanan dengan grade kenyamanan kelas sekian

Tulisan ini kuselesaikan ketika bis sedang mogok di sebuah jembatan tol di Bekasi.

"Maap (pakai huruf p), toilet jangan dipakai dulu ya. Ada orang di bawah". Terdengar bunyi besi dipukul di bawah sana.

"Maap ya". Sekali lagi si kernet menyampaikan pengumuman. Sekarang dia tidak lagi memakai baju seragam. Dia memakai kaos oblong penuh dengan kotoran berupa lemak dari mesin. Tangannya hitam. Di tangan itu dia memegang sebuah  besi, entah apa. Aku tak paham permesinan mobil.

"Mobil bobrok!". Katanya tiba-tiba dengan suara keras, mengakui sendiri kondisi bis perusahaan tempat dia bekerja.

Sudah setengah jam mesin bis mati. AC tentu saja juga mati. Entah sampai kapan kami akan bertengger di atas jembatan ini. Untungnya posisi bis merapat ke kiri sehingga lalu lintas di jembatan tetap lancar.  Kondisi di dalam bis mulai mengarah ke suasana sauna. Pukul empat sore sekarang. Berapa lama lagi menuju Merak? Macetkah di sana?

Bekasi, dua juli 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment