Sunday, October 8, 2017

HARI SENIN

Peristiwa ini cukup menghebohkan kantor tempatku bekerja dulu di Pelembang. Apakah karena hari Senin, sehingga pelaku "terlalu bersemangat" sehingga dia lupa suatu hal yang berakibat fatal.

Kantor kami kedatangan tamu dari kantor pusat ketika itu. Semua acara berikut jadwal rinci telah disusun rapi, termasuk jadwal kepulangan si pejabat pusat ke Bandung. Semua acara disusun oleh sebuah bagian dan tampaknya "diketuai", lebih tepatnya didominasi oleh seseorang yang terkenal sebagai "tukang servis" pejabat.

"Sang Aktor" di kantorku ini terkenal dengan kedekatannya dengan pejabat Anu. Dia sering makan malam dengan tamu Ini dan tamu Itu. Belum lagi bepergian tamasya dengan Direktur A dan Direktur B. Pokoknya pergaulannya istimewa, sehingga lupa "menyapa teman sekantor". Ditambah lagi si doi suka berbicara lugas di rapat, tanpa tedeng aling aling. Ini menambah citra tak mengenakkan terhadapnya.

Sampailah suatu hari beberapa temanku terkikik membicarakan sesuatu sambil ngariung.

"Apa!?! ...Disuruh turun dari pesawat?" suara tinggi seorang ibu.

"Iya! Itu pejabat Bandung ternyata salah pesawat. Ee......maksudnya salah hari!" nara sumber cerita itu bersemangat memberikan press release. Aku yang awalnya tak berminat akhirnya ikut nimbrung dalam gossip hot itu, demi mendengar nama si "tukang service pejabat" disebut.

"Syukurin!!" kata seorang yang lain. Aku nyengir saja walau dalam hati nyukurin juga.

Singkat cerita tiket yang disiapkan si "tukang service" ternyata salah. Pada tiket tercantum Selasa, tetapi para tamu diantar ke bandara hari Senin. Jaman itu, sistem di bandara belum terintegrasi sehingga tiket, boarding pass dan manifest baru pada last minute diketahui ada perbedaan. Konon kabarnya tamu pusat itu rebutan kursi di pesawat dengan penumpang lain.

Begitulah cerita tentang si petantang petenteng yang punya network istimewa sehingga lupa dengan teman sekantor sendiri. Dapat dikatakan akhirnya yang mencoretnya dari network kelas atas itu justru pejabat yang dilayaninya. Entah bagaimana reaksi kepala kantorku ketika itu. Apakah dia juga mem "blacklist" anak kesayangannya itu.  Semoga peristiwa Senin Kelabu itu bisa menjadi pelajaran bagi si pelaku dan juga bagi diriku.

Bandung, 21 September 2015
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment