Saturday, November 11, 2017

ANTRIAN JEMURAN

"Waduh, masih basah". Fitri memegang baju yang sedang digantung di jemuran, di teras rumah kosnya, dengan kecewa. Pulang dari kantor, dia biasa mengecek baju yang dijemurnya seharian. Harapannya, jika cuaca cerah,  jemuran itu sudah kering. "Ini baju siapa ya? Baju-baju yang aku gantung dirapatkan, lantas baju yang basah ini, digantung menghabiskan tempat gantungan".

Biasanya Fitri dan teman kosnya berangkat ke kantor paling pagi, di antara penghuni kos. Biasanya pula mereka setiap pagi menggantungkan baju basah di jemuran di teras rumah. Beberapa anak kos yang lain -mahasiswa - berangkat agak siang, sesuai dengan jam kuliah mereka. Setelah Fitri dan temannya pergi, di antara anak kos tersebut ada yang menjemur pakaian. Namun sayang, caranya adalah dengan memonopoli jemuran. Ketika sore tiba, pakaian Fitri dan temannya  tidak kering, pakaian anak kos lainnya, kering.

Soal terbatasnya jemuran di teras ini dicoba siasati oleh teman Fitri, Tina, dengan mencuci setiap malam. Malam hari pakaiannya digantung di kamar mandi. Esok pagi, ketika tetesan airnya sudah habis, Tina menggantung pakaiannya di atas dapur. Mencuci setiap malam dilakukan Tina karena dia tak ingin weekendnya habis hanya untuk "pesta" mencuci plus mengurusi "proyek setrikaan".

Jika satu kos serentak mencuci, sebenarnya jemuran yang luas tersedia di lantai tiga. Hanya sayang, jemuran itu tanpa atap sehingga pakaian yang dijemur di sana bisa berhujan berpanas ria jika cuaca Bandung sedang tak menentu.

Namun satu hal diamati Tina.  Anak kos yang masih kuliah, umumnya tidak menghabiskan waktu seharian, lima hari dalam seminggu, di kampus. Artinya mereka punya waktu senggang di hari kerja untuk mencuci, menjemur  di lantai tiga dan menunggu sampai pakaian mereka kering. Tetapi mengapa mereka memilih mencuci bersamaan dengan anak kos yang bekerja dan menjemurnya di jemuran teras dengan menyita tempat pula?

"Lho, koq basah lagi?" Tina memegang baju putih yang tergantung di jemuran. Dia berencana menyetrikanya  untuk dipakai ke kantor. Di sebelah baju putihnya, tergantung beberapa baju basah, berdempetan dengan baju putihnya. "Seandainya dia mengerti apa arti fasilitas bersama, seandainya dia mau membatu mengangkat satu baju kering ini, seandainya, seandainya.. aku akan bisa memakai baju ini hari ini". Tina hanya bisa menarik nafas panjang. Kecewa. Kesimpulannya, karena soal jemuran, Fitri dan Tina, sudah pernah dibuat kesal oleh teman kos.

"Masalah sepele? `Ah, itu saja dipermasalahkan`. Begitu komentar sebagian orang, mungkin". Tina mulai curhat pada Fitri.

"Tindakan itu mungkin sepele, tetapi tidak, untuk konsep yang melatarbelakanginya". Tina berani mengatakan konsep itu adalah egoisme, ketidak pedulian terhadap kepentingan orang lain, bangga dengan kecuekan, dan sejenis itu.

"Yang penting bajuku kering. Baju lain harus digeser. Bajuku membutuhkan ruang yang banyak di jemuran. Baju lain harus dipinggirkan. Begitu bukan?"

Begitulah. Aktivitas mencuci di kalangan  anak kos ternyata bisa menimbulkan konflik. Jemuran yang terbatas, cucian yang menumpuk, jadwal kegiatan yang berbeda, ketiadaan empati, adalah faktor-faktor penyumbang pada konflik.

"Apa yang Anda lakukan untuk menyikapi bahwa kulkas adalah milik bersama, dapur dipakai bersama, kamar mandi adalah fasilitas bersama, tempat cuci piring adalah untuk bersama dan jemuran adalah untuk keperluan bersama, tampaknya adalah pertanyaan yang pantas diajukan kepada diri sendiri, jika kita tinggal bersama dalam komunitas di luar keluarga inti kita". Tina menumpahkan kekesalannya pada Fitri. "Jangan - jangan pertanyaan itu juga pas untuk interview kerja", Fitri nyengir mendengar usulan Tina.

Kembali kepada soal mencuci, Tina tetap berusaha keras untuk tidak menumpuk pakaian kotornya. Dia tak ingin "pesta" mencuci di akhir minggu. Bahkan saat weekend dia tak ingin menunggui jemuran, yang berarti dia harus seharian di rumah. Akhir minggu, baginya adalah saat yang tepat untuk banyak berjalan kaki dan menikmati matahari.

Bandung, 25 Sept 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment