Saturday, November 11, 2017

MENCARI ALASAN YANG TEPAT

"Anggota timnya selalu ada alasan ya untuk tidak hadir". Demikian komentar temanku di grup kerja.

"Anggota timnya ada yang sakit". Aku dapat info memang betul bahwa satu pegawai di bagian itu, sempat dirawat di RS.

"Setelah itu, ada yang menikah". Nah ini betul juga. Cuti nikah biasanya satu minggu.

"Ada deadline pembayaran THR". Ini teramat betul. Alasan berikutnya.

"Ada pengangkatan tenaga outsourced sebanyak 5.900 orang". Dan seterusnya dan seterusnya.

Intinya, semua alasan di atas benar adanya sehingga anggota tim SDM itu tidak hadir pada undangan rapat yang sudah ke sekian. Sementara undangan rapat yang diadakan IT bertujuan untuk membahas penghitungan pajak penghasilan pegawai yang berbasis pada Sistem Penghitungan Gaji di bawah Sistem Informasi SDM.

Aku mencoba membaca kembali lamat-lamat tema pada surat undangan tersebut. Apakah aku saja yang salah mengartikan proyek ini? Apakah sebenarnya ini hanya domain perpajakan? Bisakah perhitungan pajak itu benar tanpa menghadirkan bagian SDM? Berkecamuk banyak pertanyaan di kepalaku demi berusaha introspeksi diri. Selama dua minggu berturut-turut telah diadakan lima kali rapat, tanpa sekali pun kehadiran tim penggajian dari Bagian SDM.  Namun, alhamdulillah, tim-ku, sebagai otorisator bidang pajak, selalu terwakili.

"Kayaknya kita aja Bu, yang nafsu" kata anggota timku. Lesu. "Tugas kita jelas, memastikan bahwa tarifnya benar. Tetapi penghitungannya kan ada di mesin milik mereka". Aku dan timku sudah kehilangan akal menghadapi tim lain yang tidak mau diajak duduk bersama.

Pagi ini bossku mendatangi di mejaku.
"Bu Lisa, saya barusan berdebat dengan Bu Mira bahwa sistem payroll itu adalah milik mereka. Sementara kita mengawasi kebenaran penghitungan pajaknya. Tidak berarti, jika kita memeriksa perhitungan pajak semua penghasilan  pegawai, lantas sistem penggajian itu menjadi tanggung jawab kita". Bossku menjelaskan upayanya untuk memahamkan Bu Mira.

"Apakah karena itu lantas timnya selama lima kali rapat, tidak pernah hadir?" Aku beretorika.

"Nah, makanya", bossku mengiyakan.

Bossku akhirnya pergi setelah menyampaikan kesimpulannya. "Saya sudah tegaskan bahwa sistem penggajian lengkap dengan sistem perhitungan pajak tersebut, tidak bisa diresmikan tanpa tanda tangan Bu Mira". Aku salut pada bossku yang berani dipandang tidak poluler.

Sepeninggal bossku, aku tercenung. Mengapa selalu ada alasan bagi tim SDM untuk tidak hadir dalam rapat yang justru seharusnya menjadi domain tim tersebut? Aku ingat pada buku "The Secret"-nya Rhonda Byrne. Penulis buku itu tidak membahas aspek spiritual dalam bukunya. Dia hanya memaparkan bahwa pikiran kita adalah energi. Apa yang kita pikirkan maka energi di jagat raya akan mendorong terealisasikannya pikiran tersebut. Entah pikiran itu positif atau negatif.

Akan halnya penolakan untuk bertanggung jawab pada sebuah sistem, maka selalu ada alasan untuk tidak datang pada setiap rapat pembahasan sistem tersebut. Dan alasan itu selalu tepat! Walau mungkin tidak etis. Dalam kehidupan, kita harus punya skala prioritas agar selalu ada alasan yang tepat untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan sesuatu.

Bandung, 19 09 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment