Saturday, November 11, 2017

SURAT UNTUK KEKASIH

Kupikir engkau tidak perlu setia kepadaku. Mengapa karena aku, engkau harus ada di sampingku.

Engkau tak perlu takut padaku - teleponku, pertanyaanku, kecemburuanku, marahku - sehingga kemudian engkau menjadi baik kepadaku di hadapanku.

Bukankah aku tak bisa mengikatmu agar kau tetap di sampingku, memantaumu di setiap waktu,  mencegahmu, memyuruhmu berbuat atau tak berbuat sesuatu? Bukankah dirimu manusia bebas?

Menurutku lebih indah jika kedekatanmu kepadaku, ketakutanmu akan gejolak emosiku, adalah karena Dia.

Dia yang telah mengijinkan dan semoga meridhai transaksi ini : `mitsaqan ghalizha`.

 Dia yang telah menciptakan rindu, sayang, benci, marah, cemburu, dan nano nano di hati kita.

Dia yang selalu aku mintakan kesehatanmu, keselamatanmu dalam menunaikan kewajibanmu yang berat. Dia yang kuadukan cemburu, marah, benci, dan rinduku.

Namun bahwa kita harus berusaha memelihara karunia ini, tentu saja. Aku suka memasak atas alasan untukmu, di sela sela hobiku mengajakmu hunting makanan.  Aku menjaga penampilanku di sela sela pakaian dinasku - daster. O, aku juga menjaga kata kataku, di waktu waktu selain cemberutku. Aku juga berani menasehatimu. Bukankah engkau pemimpinku, yang perlu kuingatkan agar kau tak salah jalan?

Terima kasih engkau sudah bersamaku so far, mengisi satu ruang di hatiku. Maafkan kesalahanku, apa pun itu.  Semoga kita tetap bersatu dalam kebaikan yang lebih, nanti, di surga yang menjadi obsesi dirimu,  juga aku.

Tetapi di mana kah dirimu? Siapa kah kamu?

Bandung, 1 Sept 2015
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment